Tahmid dan Syukur: PEMBUKA PINTU RIZKI
DALAM suatu riwayat dikisahkan bahwa salah seorang hamba Allah yang paling pandai bersyukur ialah Nabi Ibrahim As. Ia selalu memuji atau bertahmid sepanjang hari-hari perjalanan hidupnya.
Begitu kuat rasa syukur dan tahmid Nabi Ibrahim diceritakan setiap kali makan selalu meminta ada orang lain yang menemaninya. Setiap kali tidak ada orang yang menemani makan setiap itu pula ia pergi ke pasar mencari orang-orang yang belum makan untuk menemaninya makan di rumahnya.
Menjamu makan orang lain, terutama bagi mereka yang kelaparan, merupakan kebahagiaan tersendiri bagi Nabi Ibrahim. Menjamu orang lain makan merupakan wujud rasa syukur dan tahmid atas rahmat dan karunia yang diberikan
Tahmid ialah ungkapan spontanitas seseorang yang baru saja merasakan nikmat dan karunia Allah Swt dengan mengucapkan kata hamdalah (al-hamdulillah). Tahmid sudah dipopulerkan sebagai bahasa Indonesia seperti halnya kata syukur.
Kata tahmid berasal dari akar kata hamida-yahmadu berarti memuji. Kata hamida digunakan di dalam ayat kedua surah al-Fatihah: Al-hamdu lillahi Rabbil ’alamin (segala puji hanya tertuju kepada Allah, pujian orang-orang yang selalu bertahmid kepada Allah Swt mendapatkan pujian balik dari Allah Swt dengan ilustrasi dan perumpamaan menarik, seperti dalam firman-Nya: “Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu”. (Q.S. al-Taubah/1:111-112).
Tahmid bagian dari syukur. Dengan kata lain, syukur cakupannya lebih luas dan lebih jauh. Menurut para ahli hakekat syukur adalah menyandarkan segala nikmat kepada pemberi nikmat dengan sikap rendah diri.
Atas dasar pengertian inilah Allah mempunyai sifat asy-syakr, syukur yang sangat luas. Allah memberikan balasan kepada para hamba-Nya atas kesyukurannya. Al-Junaid mengatakan, syukur ialah engkau tidak memandang dirimu sebagai pemilik nikmat. Sykir adalah orang yang mensykuri atas adanya pemberian, sedang syakr mensyukuri atas penolakan. Ada juga yang mengatakan, sykir adalah orang yang mensyukuri atas nikmat, sedangkan syakr adalah mensyukuri atas musibah yang menimpanya.
Menurut Al-Syibl syukur ialah melihat kepada pemberi nikmat dan bukan kepada nikmatnya. Pernyataan ini diperkuat dengan ucapan Nabi Ayyub AS. yang bersikap sabar terhadap musibah yang menimpanya, sehingga ia disebut sebagai hamba yang sebaik-baiknya.
Demikian juga Nabi Sulaiman AS yang bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya sehingga ia disebut juga sebagai hamba yang sebaik-baiknya. Hal ini disebabkan karena keduanya konsentrasi pada pemberi nikmat dan bukan pada musibah dan nikmat itu, sehingga keduanya tidak merasakan sama sekali rasa sakit dan nyaman.
Syukur ada tiga macam; syukur dengan lisan, syukur dengan hati, yaitu menyadari sepenuhnya atas segala apa yang saksikan di bumi yang luas dan tetap konsisten menjaga kehormatan, serta syukur dengan aktualisasi diri.
Syukur kedua mata, adalah menahan dan menghindari dari segala yang diharamkan Allah atas keduanya dan dari segala aib orang. Syukur kedua telinga adalah menyumbat keduanya dari segala aib orang dan yang tidak halal didengarnya. Syukur kedua tangan adalah menahan untuk tidak mengambil hak orang lain. Syukur kedua kaki adalah tidak menjalankannya pada arah yang menuju kemaksiatan.
Harapan kita, tentu ingin meningkatkan kualitas kesyukuran kita, tidak hanya mengucap tahmid dan pujian kepada Allah Swt tetapi bagaimana mengaktualkan rasa syukur kita sehingga, selain kita memperoleh kepuasan batin kita juga menjadi rahmat bagi semesta alam. Itulah wujud pribadi yang bersyukur.
----
Sahabatku Yang dimuliakan Allah,
Bila anda dirundung masalah,
ingin berkonsultasi untuk masalah Rumah tangga dan Jodoh dengan Ustadz Muhamad Agus Syafii,
silahkan inbox di
http://www.doamu.com/Download untuk android di
http://ift.tt/1okYgQk"Ya Allah, muliakanlah sahabat-sahabat Kami, Berikanlah Kami pasangan yang setia,
mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah.
Kelak masukkanlah Kami disurga yang terindah.."
Aamiin Ya Robbal Alamin