Foto: Ibu Linna 2 hari yang lalu, di kota Tallinn, Estonia.
Seorang rekan bertanya, apakah saya pernah meminta Ibu Linna diet.
Tidak.
Saat hamil Audrey, berat badan Ibu Linna naik 28 kilo. Waktu hamil Marco 35 kilo. Dan selalu, dia kembali ke berat rata-ratanya yang 50 kilogram.
Pernah suatu saat, mungkin karena hatinya terlalu senang punya suami seperti saya (sambil benerin poni), dia agak mekar sedikit.
Mungkin dia sadar tentang ekstra berat yang harus dibawanya ke sana kemari, dia bertanya apakah dia kelihatan gemuk.
Dengan wajah yang dijujur-jujurkan, saya bilang:
Ooh tidaaakkk !!!
Sama sekali tidDdaaaqqq !!!
Dan anehnya dia percaya.
Saya tidak kehilangan akal. Suatu hari di rumah, saya berpapasan dengannya, dan saya sengaja terserempet, dan saya mempelantingkan diri saya menggedubrak-dubrak melayang terjengkang sampai masuk kloset pakaian.
Dengan mata melotot, wajah marah, dia menunduk melihat saya yang terkapar dengan tangan dan kaki mekar, dan bertanya ketus:
Memang aku segemuk itu?
Ooh ... Tidak !!!
Sama sekali tidDdaaaqqq!!!
Singkat cerita, sebulan kemudian dia sudah kembali ke format tampilan tubuh yang ideal.
Dia tahu, bahwa berlebihan dalam memuaskan nafsu makan, bisa mengurangi daya tariknya.
Dia juga tahu, bahwa seorang wanita yang sudah menikah tidak boleh menyandera suaminya dengan status pernikahan dengan perilaku yang tidak memelihara kecantikan atau daya tariknya.
Saya tidak pernah menuntut Ibu Linna untuk mengelola berat badannya. Dia hanya ingin menjadi wanita yang secentil dan segenit saat saya jatuh cinta kepadanya.
Mudah-mudahan ini bisa menjadi masukan bagi adik-adik putri yang belum menikah.
Love you! ☺☺☺
Anda suka dengan cerita seperti ini? Kalau ya, nanti kita sambung lagi.