Foto: Di Bandung, 2009. Kami sengaja membangun banyak kenangan baik, sehingga hanya kebahagiaan yang teringat saat kami melihat ke masa lalu.
Bagaimana caranya saya tahu, pada awal pertemuan bahwa Ibu Linna (Instagram @LinnaTeguh) adalah belahan jiwa saya?
Saya tidak tahu. Tapi membayangkan masa depan yang sejahtera dan bahagia bersamanya, terasa sangat mudah.
Bukan khayalan yang mengabaikan kenyataan, tapi logis sekali bahwa dengan wanita seperti ini saya akan mampu membicarakan dan menemukan jalan keluar dari kebuntuan dalam hubungan kami.
Dan dengan cinta kami yang saling kuat, saya tahu cinta akan mengembalikan kami kepada satu sama lain setelah pertengkaran atau perselisihan pendapat.
Cinta itu buta - kata orang, tapi saya bisa melihat dia wanita baik.
Cinta mungkin buta, tapi saya tidak.
Dan saya juga yakin, bahwa Ibu Linna tidak dibutakan oleh cinta, dan dia tidak akan meneruskan hubungan dengan saya, jika saya bukan orang baik - dan keren (sambil pindah kepang).
Kami memang dirasuki cinta, tapi kami sudah terlatih dalam jalan-jalan berpikir yang logis, sehingga cinta tidak akan merusak kami, tapi justru memperkuat.
Jatuh cinta itu bisa kepada siapa saja. Tapi kalau orang itu tidak sesuai bagi Anda, kalahkan perasaan itu, tekan, lupakan, dan move on kepada pilihan yang lebih baik.
Pernikahan itu bukan eksperimen. Pastikan semua komponen pembentuknya baik.
Orait?
Anda suka cerita seperti ini? Kalau ya, nanti kita sambung lagi.
Love you! ☺☺☺