Istri "Salihah" ?
Seorang suami curhat tentang hasrat roman dan dorongan seksualnya yang sering terbendung, karena sikap sang istri "terlalu salihah".
"Bagaimana itu bisa terjadi?" tanya saya.
"Di malam hari saat saya ingin sayang-sayangan dengan istri di ranjang, begitu masuk kamar saya menjumpai dia tengah membaca Al Qur'an sambil tiduran. Saya tidak mau mengganggunya. Namun akhirnya saya menjadi tertidur...." jawabnya.
"Besok paginya sehabis shalat Subuh berharap bisa berhubungan badan dengan istri, saat saya pulang dari masjid ia pun sudah kembali khusyu' membaca Al Qur'an di atas ranjang. Saya juga tidak mau mengganggunya. Hingga akhirnya hari sudah semakin siang saat saya dan istri harus bersiap mengerjakan aktivitas lainnya. Kejadian seperti itu hampir setiap hari saya jumpai ..."
"Sepertinya istri saya sudah tidak memerlukan bersenang-senang lagi dengan saya. Ia terlalu salihah, sehingga dimana-mana selalu mengaji Al Qur'an, bahkan di ranjangpun membawa Al Qur'an tablet untuk dibaca", ungkapnya lagi.
"Tidak. Itu bukan terlalu salihah, walaupun banyak membaca Al Qur'an. Itu bahkan sikap yang salah sebagai seorang istri", jawab saya.
"Kalau memang ia istri salihah, ia pasti berkhidmat untuk menyenangkan suami. Ia sangat peduli dengan kesenangan dan kenyamanan suami", lanjut saya.
Ya. Perhatikan bagaimana tuntunan agama agar istri selalu berusaha melayani suami. Sedemikian kuat arahan agar istri berkhidmat untuk suami, sampai ketika istri ingin melaksanakan puasa sunnah pun, harus mendapatkan izin suaminya. Sabda Nabi Saw:
“Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin suaminya” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Puasa sunnah adalah ibadah yang utama dan mulia, namun ketika suami tengah di rumah, istri harus lebih mengutamakan melayani suami. Suami berhak bersenang-senang dengan istri, oleh karena itu agama mengarahkan istri agar meminta izin kepada suami saat akan melaksanakan puasa sunnah, saat suami berada di rumah.
Aktivitas membaca Al Qur'an adalah sebuah ibadah yang bisa dilakukan kapan saja. Tidak ada batasan waktu tertentu. Oleh karena itu, kalau memang is istri salihah, harus pandai mengatur jadwal dan mengelola waktu. Harus bisa melihat situasi dan kondisi, terutama ketika tengah ada suami di rumah.
Jika suami tengah bepergian, istri bisa menghabiskan waktu hanya untuk membaca Al Qur'an dan ibadah lainnya. Namun ketika suami tengah di rumah, berkhidmat untuk suami adalah ibadah yang sangat besar nilainya.
Sedemikian besar nilai ibadah dalam melayani suami, sampai Nabi Saw bersabda:
“Perhatikanlah selalu bagaimana hubunganmu dengan suamimu, karena ia adalah surgamu dan nerakamu” (Riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Ath Thabrani).
Subhanallah...
Semoga yang mengucapkan Aamiin & yang Membagikan mendapat pasangan yang setia, sholeh/sholehah dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, serta kelak dimasukkan ke dalam surga yang terindah. Aamiin