Larangan Berburuk Sangka, Mencari Kesalahan, dan Menggunjing Orang Lain
Oleh : Ust. Mubarok Abie Fadhli, S.Ag
Ada sebuah kisah yang merupakan asbabun nuzulnya sebuah ayat Al-Qur’an. Disebutkan mengenai dua orang sahabat Nabi s.a.w. Pada suatu ketika berpergian/musafir, Nabi Muhammad s.a.w. senantiasa mengatur tiap dua orang kaya dititipi sahabat yang tidak punya harta supaya yang miskin dapat dibantu dan ikut makan bersama keduanya. Saat itu, Salman al-Farisy yang tergolong miskin, dititipkan kepada dua orang kaya dan pada hari itu Salman tidak membantu menyediakan keperluan kedua kawannya itu, lalu disuruh oleh keduanya: “Pergilah kepada Nabi s.a.w. minta untuk kami sisa-sisa daging dan lauk pauk.”
Maka pergilah Salman, tetapi ketika Salman baru saja berangkat tiba-tiba kedua orang itu berkata: “Orang itu kalau dia pergi ke sumur niscaya akan berkurang airnya.” Maka ketika telah sampai kepada Nabi s.a.w. Salman berkata kepada Nabi s.a.w. apa yang diminta oleh kedua kawannya itu. Tiba-tiba Nabi s.a.w. bersabda: “Beritahu kepada keduanya bahwa kamu berdua telah makan daging.” Dan ketika disampaikan oleh Salman apa yang disabdakan oleh Nabi s.a.w.
Maka segeralah keduanya pergi berjumpa Nabi s.a.w. dan berkata: “Kami tidak makan daging.” Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Saya telah melihat merahnya daging dalam mulutmu berdua.” Mereka berdua berkata: “Kami tidak punya daging dan tidak makan daging pada hari ini.” Maka Nabi s.a.w. bersabda: “Kamu telah membicarakan saudaramu (ghibah), apakah kamu suka makan daging orang mati?” Jawab keduanya: “Tidak.” Maka Nabi s.a.w. bersabda: “Sebagaimana kamu tidak suka makan daging orang mati maka jangan membicarakan kejelekkan orang lain sebab siapa yang ghibah pada kawannya berarti makan dagingnya.”
Kisah dan riwayat di atas merupakan asbabun nuzul ayat 12 Surat Al-Hujuraat :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا...