KETIKA KITA KEHILANGAN
Kehilangan barang--entah karena dicuri, dicopet atau karena terjatuh atau karena sebab lain-- adalah sebuah musibah yang mengandung banyak pelajaran.
Apalagi ketika barang yang hilang tersebut sesuatu yang sangat berharga bagi pemiliknya. Bisa berharga karena harga yang mahal, berharga karena manfaat yang besar, berharga karena nilai sejarah, ataupun karena alasan-alasan lain yang membuat barang tersebut menjadi berharga.
Tentu saja kita tidak ingin kehilangan barang milik kita. Namun apabila ada barang kita yang hilang, maka ada beberapa tuntunan untuk kita lakukan.
Pertama, Lakukan Muhasabah (Introspeksi)
Jika barang kita hilang karena dicuri atau dicopet, tentu pencuri atau pencopet itu salah. Namun selain menyalahkan pencuri lebih penting lagi melakukan muhasabah atau introspeksi diri.
Demikian juga jika barang kita hilang karena terjatuh atau tertinggal di sebuah tempat atau hilang dengan berbagai sebabnya, harus dilakukan muhasabah.
Coba lakukan introspeksi apakah ada hak harta yang belum tertunaikan? Bisa jadi ada zakat yang belum terbayarkan atau infaq yang selama ini jarang dikeluarkan.
Apakah ada hak orang lain dalam harta kita yang belum tertunaikan? Apakah kita masih memelihara sikap pelit dan kikir dalam diri kita
Jika memang selama ini ada hak orang lain yang belum tertunaikan dalam bentuk zakat ataupun infak, maka kehilangan barang tersebut harus menjadi pelajaran dan peringatan agar kita lebih tertib dalam menunaikan hak orang lain pada harta kita.
Namun jika selama ini kita sudah tertib membayar zakat dan mengeluarkan infak, maka perlu mengevaluasi apakah masih ada sifat-sifat bakhil yang harus dibersihkan dalam diri kita.
Introspeksi berikutnya adalah bagaimana kita menjaga barang tersebut selama ini? Apakah sudah disimpan secara semestinya, apakah sudah dijaga secara benar dan layak?
Introspeksi ini penting agar kita bisa mendapatkan hikmah dari musibah kehilangan tersebut.
Kedua, Bersabar Atas Musibah
Kehilangan barang adalah salah satu bentuk musibah. Sikap orang beriman adalah bersabar atas musibah apapun yang menimpa dirinya.
Bentuk sikap sabar dalam musibah kehilangan adalah merasa ridha atau rela dalam jiwa atas kehilangan tersebut; karena menyadari bahwa pada dasarnya semua yang kita miliki adalah pemberian dan nikmat dari Allah. Selalu berprasangka baik kepada Allah serta tidak berkeluh kesah atas hilangnya barang tersebut.
Ketiga, Berusaha Mencari atau Menemukannya Kembali Selama Memungkinkan
Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha. Jika barang tersebut masih mungkin untuk dicari dan ditemukan kembali dengan cara yang tidak menimbulkan kesulitan tertentu, semestinyalah kita berusaha mendapatkannya.
Salah satu bentuk usaha mendapatkan kembali adalah dengan melaporkan kehilangan ini kepada pihak yang berwenang seperti kepolisian. Laporan ini penting untuk peringatan bagi orang lain, serta bagian dari upaya mendapatkan kembali barang yang hilang tersebut melalui pihak berwenang.
Keempat, Tawakal kepada Allah
Kita serahkan semuanya kepada Allah dengan doa pengharapan agar Allah mengembalikan barang yang hilang atau memberikan ganti yang lebih baik dari barang yang hilang tersebut.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, menjelaskan amalan ketika kehilangan barang.
يتوضأ ويصلي ركعتين ويتشهد ويقول: «يا هادي الضال، وراد الضالة اردد علي ضالتي بعزتك وسلطانك فإنها من عطائك وفضلك»
Dia berwudhu, kemudian shalat dua rakaat, setelah salam lalu mengucapkan syahadat, dan berdoa:
يَا هَادِيَ الضَّال، وَرَادَّ الضَّالَة ارْدُدْ عَلَيَّ ضَالَتِي بِعِزَّتِكَ وَسُلْطَانِكَ فَإِنَّهاَ مِنْ عَطَائِكَ وَفَضْلِكَ
Yaa Haadiyadh- Dhaal wa raaddadh-Dhaalah. Urdud 'alayya dhaalati bi 'izzatika wa sulthaanika. Fa innaha min 'athaa-ika wa fadhlika.
"Ya Allah, Dzat yang melimpahkan hidayah bagi orang yang sesat, yang mengembalikan barang yang hilang. Kembalikanlah barangku yang hilang dengan kuasa dan kekuasaan-Mu. Sesungguhnya barang itu adalah bagian dari anugrah dan pemberian-Mu.”
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf, dan oleh al-Baihaqi dalam ad-Da’awat al-Kabir. Baihaqi mengatakan,
هذا موقوف وهو حسن
"Ini adalah hadits mauquf [perkataan shahabat] dan hadits ini statusnya adalah hasan”
Demikian pula dinyatakan oleh Abdurrahman bin Hasan, bahwa perawi untuk riwayat Baihaqi adalah tsiqqah (terpercaya).
Ada tambahan doa yang bisa dibaca:
اللّهُمَّ أجِرْنِي فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَاخْلُفْنِيْ خَيْرًا مِنْهَا
Allahumma aajirni fii mushiibati wakhlufni khairan minha.
"Ya Allah berilah ganjaran atas musibah yang menimpaku ini, dan gantilah dengan yang lebih baik daripada yang hilang.."
Demikianlah beberapa tuntunan ketika kita kehilangan barang. Semoga Allah kembalikan barang yang hilang, atau memberikan ganti dengan yang lebih baik.