Ketegaran Seorang Ibu
By: Muhamad Agus Syafii
Ada seorang ibu di Rumah Amalia bertutur, Kehidupannya sepintas terlihat berlimpah karena suaminya seorang pengusaha sehingga dirinya dan anak-anaknya selalu tampil menawan. Namun bila dilihat lebih mendalam kehidupannya berbaur dengan berbagai penderitaan yang datang silih berganti tetapi semua itu dianggapnya sebagai kasih sayang Allah kepada dirinya sehingga yang dirasakan kedamaian dalam jiwa. Sampai pada satu hari perusahaan yang dikelola oleh suaminya mengalami kredit macet, seluruh rumah dan kekayaannya disita oleh Bank. Perusahaannya jeblok. 'Kami bersyukur karena Allah pernah menitip rizki yang berlimpah dengan kekayaan materi, kini kami patut ikhlas menerima musibah yang telah menjadi kehendakNya.' tutur beliau yang nampak terpukul dengan musibah itu.
Pederitaannya masih terus berlanjut, suaminya terserang sakit jantung. Praktis hanya bisa di tempat tidur dalam keadaan yang mengenaskan. Sementara Ibu harus membanting tulang mati-matian untuk memenuhi kebutuhan dapur dan biaya pengobatan untuk suami tercinta. Upayanya selama setahun tidak mampu menghindarkan apa yang sudah menjadi kehendak Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Suami menghembuskan napas yang terakhir. Kenyataan itu mengguncang jiwanya, tangis dan air mata adalah sisa kekuatan yang terakhir dimiliki olehnya.
Diawal kehidupannya sebagai 'Single Parent' tidaklah mudah dengan 4 anak yang harus dihidupinya teramat berat dipikulnya. Dengan segala upaya kesabaran, keikhlasan dan kekuatan dari anak-anaknya Ibu perlahan kembali bangkit. Namun Allah belum berhenti menguji ketabahannya sebagai orang yang beriman. Dokter menyatakan bahwa ginjalnya sudah rusak, tidak bisa disembuhkan lagi, tubuhnya drop, berat badan langsung turun dalam waktu seminggu. 'Dokter memvonis umur saya hanya bisa bertahan paling lama enam bulan, Alhamdulillah hingga kini saya masih disayang Allah diberikan umur yang panjang,' tutur beliau.
Segala puji bagi Allah bagi semesta Alam, saya masih diberikan amanah oleh Allah untuk hidup. Saya berniat untuk menggunakan sisa hidup saya dengan berbuat baik dan berbagi untuk anak-anak Amalia.' tutur beliau siang itu. Peristiwa yang menimpanya bertubi-tubi menjadikan jiwa semakin tegar. Menjadikan beliau semakin yakin bahwa semua cobaan itu agar dirinya semakin kuat imannya dan kuat hatinya menuju jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 'Sebagai manusia mungkin saya pernah melakukan banyak hal yang dilarang oleh Allah, namun hanya satu yang saya harapkan bahwa semua cobaan, ujian dan musibah yang saya alami makin menguatkan iman saya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala,' ucapnya dengan mantap. Sungguh indahnya ketegaran seorang Ibu yang hadir di Rumah Amalia. Subhanallah. Maha Suci Allah.
Wassalam,
Muhamad Agus Syafii
----
Yuk, jadilah orang yang pertama peduli pada anak yatim & anak dhuafa di Rumah Amalia, Jl. Subagyo IV blok ii, No. 24 Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Bila berkenan berpartisipasi paket sembako, baju layak pakai, peralatan sekolah, perlengkapan sholat, buku bacaan. Kirimkan ke Rumah Amalia Jl. Subagyo IV blok ii, No. 24 Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agussyafii@yahoo.com atau SMS 087 8777 12 431,
http://ift.tt/1iELqGE